“Ilham,
bantu ana.” Teriaku pada ilham yang tepat berada di belakangku.
“Antum kenapa feb, sakit?
Tunggu, ana masih ada persediaan air dan sedikit roti cobalah diamakan.”
Ilham memerikan botol air yang hanya tersisa sedikit.
“Terima kasih Ilham.!” Sembari
mulutku melahap roti dan air yang tersisa.
Kami berdua tertinggal cukup jauh
dari yang lainnya, karena ulahku yang mendadak sakit dan mengharuskan kami
berdua istirahat sejenak. Setelah merasa cukup istirahatnya, kami melanjutkan
perjalanan untuk menyusul yang lainnya yang sudah jauh di depan sana.
“Ilham, afwan ya sudah
merepotkan dan membuat kita tertinggal dalam kelompok.” Aku mencari topik
pembicaraan agar kami berdua tidak merasakan lelahnya perjalana untuk mencapai
puncak.
“Ia, gak masalah feb. Itulah
kenapa kita bersaudara, saat ana meninggalkanmu dalam keadaan kesusahan
tentu dipertanyakan ukhuwah islamiah diriku. Artinya sia-sia saja ilmu yang
kita pelajari setiap khalaqoh mingguan kalau tidak kita amalkan.”
“Bagaimana perasaanmu melakukan
perjalanan ini akh?”
“Ana sangat senang feb,
Tapi ana takut kita tidak akan sampai puncak.” Suara ilham mulai
merendah.
“Kenapa bisa begitu?” Sembari
mataku menoleh kebelakang, namun yang aku temui Ilham sedang berpegangan pada
sebuah pohon dan dia seolah mau pingsan.“Ilham, ada apa?” aku berhenti
dan memegang tubuh Ilham yang hampir jatuh ketanah.
“Entahlah mungkin magh atau
apalah ini, ana tak sanggup lagi untuk berjalan.”
Aku mencoba menarik tangannya
kebahuku untuk menuntunnya untuk terus berjalan, namun wajahnya semakin pucat.
Aku tak begitu banyak tahu masalah P2K sehingga aku bingung harus bagaimana,
aku periksa kedua tas kami ternyata tidak ada sedikitpun air atau makanan yang
bisa di santap Ilham. Melihat tubuhnya semakin lemas maka aku sandarkan dia
pada sebuah pohon dan dengan memasang ransel gunung sebagai pengikat tubuhnya
agar tidak terjatuh.
“Ilham, kita tidak punya
persediaan apa-apa, bertahanlah sebentar, ana akan menyusul mereka dan
meminta bantuan mereka.”
“Ia, jangan lama ya akh, ana
tak sanggup lagi.” Jawab Ilham.
(Untuk baca selengkapnya silakan download cerpennya di bawah ini)