Kali ini aku akan cerita tentang guruku yang telah mengajariku dan membimbingku sepenuh hati tapi tanpa tanda jasa hanya mengharapkan ridho dari ilahi Robbi. Merekalah yang saat ini siang bekerja sesuai statusnya dan malam mengajar sebagai kewajibannya. Dia begitu mengerti keadanku pada saat ini hampir sama kayak orang tuaku. Ringan tangannya dalam membantu dan tenang hatinya dalam memberi ilmu. Se-persen pun aku tak berikan uang padanya namun saat aku butuh uang Allah kirim dia untuk membantu aku. Terima kasih wahai guru ku yang telah mengerti dan membantu aku dalam mengarungi dunia yang penuh gelombang ini. Puisi untukmu wahai guru-guruku, walau jelek tapi datangnya dari hatiku.:
Guruku...
Engkau begitu mengerti hatiku.
Engkau begitu mengerti sifatku.
Engkau begitu memahami kekuranganku.
Tapi engkau begitu lembut mengajariku.
Guruku...
Satu minggu aku tak bertemu denganmu.
Satu minggu aku tak bertemu denganmu.
Hati ini bagai padang pasir yang tandus.
Dosa setiap hari menumpuk bak gunung.
Lalai diri ini tak ada yang urus.
Guruku...
Setiap minggu kau ingatkan amalanku.
Setiap minggu kau kuatkan imanku.
Setiap minggu kau tambahkan ilmuku.
Tapi...
Tak pernah kau merasa rugi.
Tak pernah kau merasa bosan.
Setiap yang engkau berikan.
Tak pernah kau harapkan imbalan.
Terima kasih guruku.
Setiap minggu mengajariku.
Kaulah pahlawanku.
Wahai murobbiku.
Guruku...
Setiap minggu kau ingatkan amalanku.
Setiap minggu kau kuatkan imanku.
Setiap minggu kau tambahkan ilmuku.
Tapi...
Tak pernah kau merasa rugi.
Tak pernah kau merasa bosan.
Setiap yang engkau berikan.
Tak pernah kau harapkan imbalan.
Terima kasih guruku.
Setiap minggu mengajariku.
Kaulah pahlawanku.
Wahai murobbiku.