Di penghujung jalan aku menemukan mutiara yang
menyilaukan mata saat ada mentari menyeniarimu. Mungkin aku tak banyak
mengenalmu bahkan aku tergolong orang yang belum pernah bicara langsung
denganmu (Sebenarnya secara tidak langsung pun aku belum pernah). Namun begitu
banyak mutiara yang telah engkau timbulkan dari sosok pendiammu.
Aku ingat ketika dahulu saat aku mengenal kata “Cinta
dalam Diam” maka lahirlah berbagai pemikiranku yang bercabaang entah kemana,
namun setelah hadirnya dirimu di sekitar kehidupanku maka aku menyadari inikah
yang disebut “Cinta dalam Diam?”. Kau berdiam diri tanpa bahasa namun dari
tingkah dan gayamu menghadirkan kedamaian yang melihat dan merasakannya. Seolah
engkau memantulkan cahaya mentari yang menembus relung yang dalam.
Entah ini cinta atau bukan namun saat hati ini
terbalut iman aku melihat engkau bagaikan bidadari yang turun kebumi dengan
memiliki akhlak dan sifat tauladan yang patut di miliki seorang wanita
muslimah. Jilbab panjang yang terurai rapi kebawah menutupi auratmu menambah
indahnya mutiara itu.
Satuhal yang membuat aku kagum padamu, kau
mengajarkan bagaimana menjadi dewasa dan bagaimana menjadi tauladan. Engkau
seolah tak memiliki beban, begitu rapi engkau sembunyikan bahkan kami tak tahu
begitu berat beban yang engkau pikul, mungkin tak semua orang bisa memikul
beban itu kecuali orang-orang pilihan Allah yang telah Allah berikan pelajaran
lebih padanya.
Apakah kalian ingat ketika aku mulai mengeluarkan
jargon “Berikan yang terbaik” maka itu bersumber dari muslimah tersebut. Hingga
motto hidupku berubah “Biar dunia Allah yang urus dan Akhirat adalah tanggung
jawabku”. Itupun setelah banyak aku mengenal dirimu lebih dalam. Hatimu begitu
tulus membahagiakan saudari-saudarimu seiman. Akhlakmu begitu bercahaya dengan
menundukan pandangan dan menghindari kontak langsung dengan ikhwan.
Aku takut...
Aku takut saat seperti ini engkau begitu disayang
Allah sehingga engkau akan pergi meninggalkan kami, namun aku bahagia ketika
aku bisa menjadikan engkau sebagai contoh nyata yang mendorong diriku dalam
urusan agama... Namun kenapa namamu hampir menyamai nama-nama orang yang aku
sayangi dan orang yang pernah aku cintai. Mungkinkah Allah menghadirkanmu
sebagai pelajaran dan memberikan namamu sebagai pengingat bagi diriku agar aku
bisa melihat engkau lebih dalam.
Aku tak yakin orang lain bisa melihat masalahmu
karena senyum yang terus berkembang di bibirmu namun hanya orang yang di
kehendaki Allah sajalah yang bisa melihat kedalam hidupmu yang berat itu. Moga
Allah memberikanmu pahala dan kebaikan di dunia ini.